05 April 2009

MONEY POLITIC DALAM PANDANGAN ISLAM

Dalam waktu dekat ini yaitu tanggal 9 April 2009 masyarakat Indonesia akan melaksanakan pemilu nasional. Sebagai ummat Islam, kita haruslah menggunakan peluang ini untuk memperbaiki ibadah kita, amal sholeh kita dan menjaga kehidupan beragama kita. Tentunya hal ini dapat terwujud dengan adanya pemimpin amanah, yang bersih (jujur) dan peduli kepada kemashlahatan ummat, dan yang memberikan kemudahaan rakyatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Namun seringkali yang kita dapatkan dari pelaksanaan demokrasi ini adalah dipertontonkannya kita oleh prilaku-prilaku kecurangan politik, ketidakjujuran politik, kebohongan-kebohongan dalam kampanye bahkan membodohi masyarakat dengan memberikan uang menjelang pemilihan agar memilih partai atau pasangan tertentu. Inilah yang kita kenal dengan istilah money politik.

Money politik adalah penggunaan uang untuk mendapatkan posisi atau perolehan dukungan dalam mencapai kekuasaan, dan ini bisa berupa uang untuk khidmah kepada masyarakat, agar suatu saat akan memihak kepadanya jika ada pengambilan keputusan.

Masalah ini jika tanpa mengikat dengan ucapan maupun tulisan, dan kepemihakan yang dicari dalam rangka mengukuhkan kebenaran, maka temasuk dalam bab sarana, hukumnya mengambil hukum tujuan, tetapi jika pemberian ini bersyarat, baik tertulis maupun tidak, maka ketentuan hukum masalah ini harus lebih berhati hati, dan perlu memperhatikan beberapa kaidah berikut:

Pertama : kaidah Sadudzdzara’i (menutup jalan yang menuju kepada kemungkaran)

Penentuan kekuasaan didasarkan pada keyakinan bahwa kekuasaan adalah amanah, pemimpin adalah khadim (pelayan) bagi yang dipimpinnya, dan kepemimpinan pada dasarnya tidak diminta, dan tidak diberikan kepada orang yang ambisi, sedangkan money politik akan mengarahkan kondisi kepemimpinan sebagai sesuatu yang dicari. Sebagaimana masyarakat hendaklah memilih pemimpin berdasarkan kriteria amanah dan kekuatan bukan karena materi, sedangkan money politik akan mengarahkan masyarakat untuk bersikap pragmatis, dan mengantarkan mereka untuk melanggar kandungan hadits :

“Barang siapa yang menjadikan seseorang laki-laki dari suatu kelompok dan diantara kelompok tersebut ada yang lebih diridhoi Allah dari orang tersebut maka sungguh ia telah mengkhianati Allah dan RasulNya dan orang-orang beriman”. (HR. Al Hakim, no 7523)

“Barang siapa mengangkat pegawai dari kaum muslimin dan dia tahu bahwa diantara mereka ada yang lebih berhak darinya dan lebih tahu dengan kitab Alloh dan sunnah nabiNya, maka sungguh ia telah mengkhianati Alloh dan RasulNya.”(HR. Al Baihaqi, no 20945)

Money politik berakibat secara luas yaitu mendorong para pemimpin untuk mengexploitir kelemahan rakyat setelah mendapatkan kekuasaan, artinya money politik sebagai pendidikan yang buruk bagi dunia perpolitikan, dan mendukung bangunan sosial pragmatis, sehingga bisa di pahami bahwa menerima, dan memberikan uang untuk transaksi suara merupakan Ta’awun (tolong menolong) dalam itsm ( dosa ) dan ‘udwan ( permusuhan ). Dalam kaidah sadd dzaroi’ dipahami bahwa semua hal yang mengarahkan kepada keburukan harus ditutup.

Dari sisi lain money politik bisa dianalogikan kepada larangan menerima hadiah sebagai balas budi terhadap rekomendasi, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Dari abi umamah Radliallahu ‘Anhu dari Nabi saw beliau bersabda : barang siapa yang memberikan satu rekomendasi untuk seorang lantas ia memberikan hadiah atas rekomendasi tersebut lalu ia terima hadiah tadi, berarti ia telah mendatangi pintu riba yang besar.”(HR. Ahmad, 5/261)

Dari hadits ini jelaslah, bahwa yang menerima diharamkan karena masuk dalam kandungan hadits ini, sementara yang memberi juga tidak diperbolehkan karena merupakan penyebab jatuhnya seseorang dalam larangan Allah, dan termasuk dalam kaidah fiqih : Sesuatu yang diharamkan untuk diambil, maka diharamkan pula untuk diberikan.

Kedua : Al-Muslimun ‘alaa Syuruuthuhum

Kaum muslimin dalam percaturan politik diwajibkan untuk tepat janji, amanah, disiplin dengan peraturan selama tidak bertentangan dengan syar’i, dan kesholehan dan kelayakan calon pemimpin penilainnya diserahkan kepada publik bukan kepada pelaku politik, sehingga publiklah yang menilai dengan nuraninya siapa yang paling kredibel untuk memimpin dengan tanpa dipengaruhi pemberian materi, sedang money politik menjadikan tertutupnya nurani, dan bisa saja terpilih karena materi bukan karena kredibilitas, dan hal itu telah disepakati akan tidak bolehnya money politik, sementara kaum muslimin diwajibkan menepati syarat yang mereka sepakati sebagaimana dalam kaidah yang disandarkan dalam hadist :

“Kaum muslimin terikat dengan syarat ? syarat mereka, Sufyan menambahkan dalam hadistnya dalam hal-hal yang sesuai dengan kebenaran”. Berkata abdurrozzaq Ashon’ani dan telah kami riwayatkan hal itu dengan tambahannya dari hadist Khosif dari ‘Urwah dari ‘A’isyah, dari ‘Atho’ dan Anas bin Malik marfu’ kepada Rasulullah saw.

Ketiga : kaidah Dar’ul mafasid muqaddamun ‘alaa jalbil masholih (Menolak kerusakan itu lebih diutamakan dari pada mencari kemaslahatan)

Sesuai dengan kaidah ini kita dapatkan bahwa mafsadah (kerusakan) yang terjadi karena money politik sangat besar dan tidak seimbang dengan keuntungan yang mungkin akan didapatkan, sedangkan Islam dibangun atas :

Mengambil yang paling besar dari dua maslahah, menolak yang paling besar dari dua hal yang berbahaya, jika dua kerusakan berberbenturan maka diperhatikan yang paling besar mafsadahnya dengan melakukan yang paling ringan mafsadahnya.

Melihat kaidah kaidah di atas, maka melakukan money politik sesuai dengan pemahaman diatas adalah diharamkan, baik yang melakukan atau menerimanya. Oleh karena itu kaum muslimin seharusnya tidak memilih calon pemimpin yang melakukan money politik, sesuai dengan firman Allah swt : “Dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.”(QS. Al Maidah: 2). Money politik yang bisa dilakukan saat kampanye tertutup misalnya dengan membagikan uang saat mendekati masyarakat ataupun saat kampanye terbuka dengan membayar setiap orang yang menghadirinya.

Oleh karena itu, mari kita wujudkan DPR bersih dengan tidak memilih calon pemimpin yang melakukan money politik. Sebaliknya, kaum muslimin haruslah memilih pemimpin (caleg atau partai) yang bersih dari money politik dan Peduli ummat dengan tidak mencontohkan money politik. Karena logikanya, jika para calon pemimpin memberi uang sebelum berkuasa, maka mereka pasti akan mengambil uang saat berkuasa. 5 menit waktu yang kita luangkan untuk memilih di TPS akan berdampak pada 5 tahun masa kepemimpinan bangsa. Masa depan bangsa, masa depan negara, masa depan islam semua tergantung pada pilihan kita. Lalu akankah kita terus menutup mata dari perilaku money politik?

23 Februari 2009

BERPIKIRLAH SEJAK ANDA BANGUN TIDUR

    Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.

    Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:

"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)

    Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.

    Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya.

    Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya.

    Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat. Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah.

    Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman:

"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)


    Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir?Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya.

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Ar-Ruum, 30: 54)

    Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.

    Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda.

    Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah.

    Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan.

    Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya.

(Sumber : "BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?"
KARYA HARUN YAHYA, ROBBANI PRESS, INDONESIA, 2000 )




11 Februari 2009

SELAMAT HARI VALENTINE…???

       Konon, setiap tanggal 14 Pebruari merupakan hari yang sangat dinanti oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Berbagai media massa, pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan pun sibuk menarik perhatian para remaja dengan menggelar event-event perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semuanya bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Di Indonesia, biasanya mereka saling mengucapkan "Selamat Hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian?

Sejarah Valentine
       Valentine’s Day, menurut literatur ilmiah, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

       Buku The World Book Encyclopedia ( 1998 ) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :
“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers.”

       Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

       Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Mari kita cermati nukilan The Encyclopedia Britannica, vol. 12 sub judul: Christianity sebagai berikut :

“Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari”.
(The World Encylopedia 1998).

       The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

       Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

       Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda yang bujangan akan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga diapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

       Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.

Valentine Berasal dari Budaya Syirik
       Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik ataupun menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
       Apabila kita sering menjumpai gambar bayi bersayap yang memegang panah, tahukah anda bahwa gambar itu melambangkan si “Cupid”, putra Nimrod. Dalam kamus, Cupid diartikan sebagai dewa/dewi cinta. Disebut dewa cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.

Bagaimana bersikap
       Perayaan Valentine’s Day jika dicermati mengalami pergeseran makna, sikap dan semangat dari masa ke masa. Jika di masa Romawi sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan kasih sayang.

       Di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno. Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine? Adakah 14 Februari merupakan hari yang istimewa? Adat? Kebiasaan? Atau hanya ikut-ikutan tanpa tahu asal-usulnya?
       
       Meskipun keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti mempunyai sisi keyakinan dan pemikiran yang menyimpang dari Islam. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Bila demikian, sangat disayangkan apabila masih banyak remaja putra-putri muslim yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Simak firman Allah berikut :  
 
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’ : 36).

       Rasulullah SAW juga dengan tegas melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam.

"Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut."
(HR. At-Tirmidzi).


       Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan asesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini. Hasilnya, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka. Naudzu billahi min zalik.
       Firman Allah dalam QS Al-Kafiruun juga dapat dijadikan pedoman dalam mensikapi valentine :
 
Katakanlah, “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

       Paparan di atas telah menjelaskan apa dan bagaimana Valentine’s Day itu, yang tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan kepada pastor. Tidak ada kaitannya dengan kasih sayang.

       Yang harus dicamkan di sini adalah bahwa Valentine bukan semata-mata masalah budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, dimana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain. Selamat untuk tidak merayakan valentine. Selamat untuk tidak mengucapkan “Selamat Hari Valentine”.

26 Januari 2009

PENTINGNYA AKIDAH

       Barangkali di antara kita ada yang pernah melontarkan ucapan: “Kenapa sih kita membicarakan permasalahan tauhid terus? Apa tidak ada tema lain yang lebih menarik?” Bagi orang yang belum paham, bisa dimaklumi bila ia mengeluarkan kalimat seperti itu. Namun sangat tidak pantas bila kalimat tersebut muncul dari orang yang telah memahami pentingnya tauhid bagi seorang muslim, yang menunjukkan bahwa ia meremehkan permasalahan yang sangat dijunjung tinggi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan para nabi ini.

       Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Islam dibangun atas lima rukun: Allah Subhanahu wa Ta'ala ditauhidkan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.”

       Beberapa perkara yang menunjukkan pentingnya penekanan dakwah kepada tauhid adalah:
1. Al-Qur`an dari awal surat hingga akhirnya berisikan tauhid. Al-Qur`an telah menjelaskan kedudukan tauhid dalam banyak tempat dan menjelaskan pula bahaya dari lawannya yaitu syirik, baik terhadap individu ataupun jamaah. Dan kesyirikanlah yang telah menyebabkan kehancuran hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tauhid merupakan dakwah seluruh rasul dari yang awal hingga yang terakhir.
“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan-Ku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku.” (Al-Anbiya`: 25)
Para nabi memulai dakwah mereka dari sisi tauhid, sehingga tauhid merupakan poros dan tujuan dakwah mereka. Rasul terakhir, Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, tinggal di kota Makkah selama 13 tahun menyeru kaumnya kepada tauhidullah dan mendidik para shahabat di atasnya.

3. Banyaknya kesalahan dan penyimpangan yang terjadi pada manusia secara umum adalah dalam perkara tauhid.

4. Tauhid merupakan kewajiban yang pertama dan paling utama untuk diilmui dan didakwahkan. Ia juga merupakan tugas yang paling besar, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

“Maka berilmulah kamu tentang Laailahaillallah.” (Muhammad: 19)

“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul agar mereka (memerintahkan): ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thagut’.” (An-Nahl: 36)

5. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan dan mengarahkan para shahabat agar memulai dakwah mereka dengan menyerukan kepada tauhidullah. Sebagaimana perintah beliau kepada Mu’adz radhiyallahu 'anhu, ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman:
“Hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah.”
Di dalam sebuah riwayat disebutkan:
“Sampai mereka mentauhidkan Allah.”

6. Muara dari semua kerusakan di muka bumi adalah kerusakan aqidah dan tauhid, sebagaimana sumber dari segala kebaikan di dunia dan di akhirat adalah karena kebagusan aqidah dan tauhid.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Disusun oleh Abu Ilyas (dirangkum dari berbagai sumber).

MENGHANCURKAN PENJARA PIKIRAN DENGAN BERPIKIR KREATIF

       Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut hakikat penggunaan akal* (yang notabene merupakan isyarat bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci bagi makhluk yang berakal). Di dalam Al Qur’an seringkali disebutkan bahwa Allah SWT memacu dan memotivasi manusia dengan kata-kata Afala tafakkarun, Afala ta’qilun, Afala tadzakkarun (apakah kita tidak berpikir akan hal itu..?) dan Ulil Albab (golongan cendekiawan yang senantiasa berpikir). Ini membuktikan bahwa proses berpikir / mempergunakan akal memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena pikiranlah derajad manusia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk lain. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa keimanan seseorang harus dilandasi dengan penggunaan akalnya, karena akal adalah sarana yang diciptakan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal-Nya (Ingatkah kita kisah pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim AS?) Bahkan Allah SWT sangat memurkai manusia yang tidak menggunakan akalnya.

“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”. (QS Yunus : 100)

       Ada sebuah ungkapan yang menarik : “You are what you think”. (anda adalah apa yang anda pikirkan). Kalimat tersebut memiliki makna yang begitu mendalam, dirangkai dalam kata-kata yang mampu menyentuh dan menggerakkan jiwa. Pikiran manusialah yang membelenggu dirinya selama ini hingga akhirnya kita sendirilah yang mengizinkan untuk menerima keterbatasan itu dan menutup rapat-rapat segala potensi serta keunggulan individu. Di sisi lain, pikiran pula yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Nama-nama besar seperti Hassan Al Banna, Sayyid Quthb, Albert Einstein, Issac Newton, Ahmad Dahlan, Sukarno, dan nama-nama besar lain terus hidup walaupun secara fisik sudah meninggal dunia.

       Satu kisah menarik patut dicermati, yaitu mengenai Christoper Colombus yang menurut versi mayoritas sejarawan dianggap sebagai penemu benua Amerika. Mayoritas orang pada saat itu menertawakan rencananya untuk mengarungi samudera luas. Colombus termasuk orang yang percaya dan mengikuti pemikiran paham Copernicus bahwa bumi itu bulat, bukan datar seperti kepercayaan gereja (karena pemikiran yang berbeda dengan gereja menyebabkan Copernicus dibakar hidup-hidup di muka umum atas perintah gereja pada saat itu). Colombus diejek mengenai pemikirannya tersebut. Ia berkeyakinan bahwa jika ia melayari dunia maka akan kembali ke tempat semula ketika pertama kali berangkat, karena bumi ini bulat. Sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa hal itu merupakan pekerjaan yang sia-sia. Namun pikiran besar itu tidak mati. Pemikiran itu justru membuat Colombus semakin kreatif dan memotivasi dirinya untuk membuktikan keyakinannya akan paham Copernicus. Dengan kata lain, pikiran Colombus tidak terpenjara yang akhirnya membentuk sebuah keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.

       Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar pernah juga mengalami “penjara pikiran” seperti yang terjadi pada masa Copernicus dan Colombus. Atau mungkin kita tengah berada di “masa Copernicus & Colombus modern”. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang orang lain voniskan tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya. Terkadang kita juga tidak percaya diri atau bahkan takut hanya sekedar untuk menganalisis suatu masalah yang ada di hadapan kita. Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai orang lain daripada mempercayai diri sendiri. Jauh lebih parah manakala tanpa kita sadari, kita sendirilah yang justru menciptakan penjara pikiran untuk kita sendiri. Benarkah kita selemah itu?.
       
       Tahukah kita bahwa gajah yang sangat kuat dapat diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah merasa dirinya tidak akan bisa bebas jika ada "sesuatu" yang mengikat kakinya, padahal "sesuatu" itu bisa jadi hanya seutas tali kecil….??? Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa "melompat lebih tinggi dan lebih jauh" kalau kita mau menyingkirkan "penjara" itu? Tidakkah kita ingin membebaskan diri agar kita bisa mencapai sesuatu yang selama ini kita anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran kita?

       Ada satu hal yang harus selalu kita tingkatkan agar hidup kita makin berkualitas. Itulah kreatifitas. Kreatifitas adalah daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Kreatifitas akan memunculkan inovasi, yaitu kemampuan untuk memperbaharui hal-hal yang telah ada. Tanpa kreatifitas, kita akan larut dan tergilas roda perubahan. Tanpa kreatifitas, kita tidak akan mampu bertahan menghadapi perubahan yang semakin cepat dan pasti terjadi. Berpikir kreatif begitu penting dalam hidup. Ketidakmampuan ataupun keengganan untuk berpikir kreatif akan menyebabkan kita selamanya terpasung di dalam penjara pikiran.
   
       Untuk dapat berpikir kreatif, kita dituntut untuk gemar mencari informasi, mengumpulkan input, dan mencintai ilmu. Tuntutan lain adalah terbuka pada hal-hal yang baru dan sekaligus tidak terbelenggu dengan pendapat sendiri. Namun terbuka dengan hal-hal baru tidak harus serta merta menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut. Kita harus bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, melihat jauh lebih dekat dengan berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, serta menyesuaikan dengan nilai-nilai luhur yang kita anut. Dan satu lagi yang juga sangat penting : keberanian kita untuk bersikap obyektif…! Hal itu sebagai kontrol supaya kita tidak terbelenggu dengan pendapat sendiri yang belum tentu benar.

       Berpikir kreatif juga menuntut keberanian menanggung risiko dan keluar dari zona nyaman. Adalah mimpi melakukan sesuatu yang baru tanpa adanya resiko. Thomas Alfa Edison adalah orang kreatif yang berani gagal beribu-ribu kali sebelum berhasil menemukan bola lampu. Dan semangat untuk sukses dalam hidup juga merupakan syarat untuk dapat berpikir kreatif. Tanpa semangat, mustahil kita akan mendapat banyak hal dalam hidup. Semangat akan melipatgandakan kemampuan seseorang untuk berprestasi. Hal lain yang sangat penting untuk dicatat adalah bahwa kreatifitas akan semakin lengkap bila terlahir dari kejernihan hati sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Hati yang jernih akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan.

       Sebagai manusia, kita berkemampuan untuk berjuang. Tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin dicapai dengan mengoptimalkan segala potensi yang kita miliki untuk melahirkan berjuta ide, gagasan dan segala bentuk kreatifitas lainnya. Memang sakit dan lelah prosesnya. Tetapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Impas. Bahkan lebih. [bgs]

Wallahu a'lam bish-shawab.

* = Lihat QS Al Baqarah:197; QS At-Thalaq:10; QS Ar-Rad:19; QS Ibrahim:52; QS Al-Maidah:58)